Kanker merupakan penyakit yang menempati urutan kedua terbanyak di Indonesia, setelah jantung. Terbatasnya fasilitas pelayanan kanker dan dokter spesialis kanker (onkolog), semakin mendorong angka kematian, dan angka ketahanan hidup pasien kanker di daerah-daerah terpencil.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama dengan Pusat Kanker Nasional Dharmais dan Roche Indonesia meluncurkan program telementoring pertama menggunakan model ECHO (Extension for Community Health Outcomes). Project ECHO adalah sebuah kemitraan yang bertujuan untuk meningkatkan akses pencegahan, deteksi, dan kualitas penanganan kanker di daerah, sehingga pasien yang jauh dari pusat rujukan dapat tetap menerima akses pelayanan kesehatan.
Project ECHO menggunakan pendekatan berbagi-pengetahuan (knowledge sharing) antara para ahli di rumah sakit pengampu (hub) dan klinisi di daerah yang diampu (spoke), di mana para tim ahli akan memberikan pendampingan klinis secara virtual, untuk mengamplifikasi kapasitas penyedia pelayanan kesehatan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat yang belum terlayani dengan baik di masing-masing daerah.
Sebelum disebarluaskan ke seluruh Indonesia, tahap awal program tele-health mentoring ini akan melibatkan dua rumah sakit, yaitu RS Sanglah Denpasar dan RS Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Pemilihan rumah sakit ini juga telah dikoordinasikan bersama Kementrian Kesehatan dengan RS Dharmais sebagai pengampu (hub), dan kedua rumah sakit tersebut yang diampu (spokes).
Indonesia menjadi satu dari tujuh negara yang ikut mengimplementasikan Project ECHO berdasarkan kesepakatan kerjasama antara Roche dengan ECHO Institute, University of New Mexico Health Sciences Center di tingkat global. Kesepakatn ini sudah ditandatangani oleh Pusat Kanker Nasional Dharmais dan Roche Indonesia pada tanggal 16 Desember 2020, dan didukung penuh oleh Kementerian Kesehatan.
“Saya menyambut baik upaya RS Kanker Dharmais dalam membangun kemitraan dengan pihak swasta dalam Project ECHO yang bertujuan untuk memperluas akses terhadap perawatan dan pengobatan kanker di Indonesia. Kami juga sangat mendukung pengembangan Sistem Mentoring Kanker di RS, yang merupakan platform berbagi ilmu dan informasi, menyusun stratifikasi pelayanan kanker serta analisis kesenjangan pelayanan kanker, dan dalam jangka panjang berkontribusi dalam pencapaian visi Program Nasional Penanggulangan Kanker,” kata Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D. Sp. THT-KL(K) MARS, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan.
Layanan kanker di Indonesia perlu ditingkatkan untuk mencegah gejala kanker dengan deteksi dini, menurunkan angka kematian akibat kanker, dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker. Dengan hadirnya Project ECHO: Tele-Health Mentoring diharapkan bisa membawa perubahan ke arah yang positif dalam upaya menangani penyakit kanker di Indonesia.
(PR)