
Pesona Desa Wisata Ekang Anculai, ‘Hidden Gem’ di Kepulauan Riau
Keindahan sebuah desa di Kabupaten Bintan, Kecamatan Teluk Sebong, Kepulauan Riau membuat Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mendukung upaya Kepri (Kepulauan Riau) untuk mengembangkan desa wisata ini sebagai daya tarik wisata baru di Indonesia
Desa tersebut bernama Desa Ekang Anculai.
Dilansir dari situs ekanganculai.simdes-bintan.id Ekang Anculai diambil dari bahasa China “Gek” yang konon mengandung arti Rumah berwarna merah di bawah sungai. Kala itu mayoritas penduduk desa setempat merupakan Etnis Tionghoa. Di mana, tahun ke tahun pertumbuhan desa ini semakin berkembang pesat.
Sampai pada tahun 1979 dengan penduduk kurang lebih 2500 jiwa mencoba mengajukan pemekaran desa. Terwujudlah pemekaran desa pertama kali dengan nama Desa Sri Bintan. Untuk kedua kalinya pun diajukan kembali pemekaran desa di tahun 2007 dan membuahkan hasil menjadi Desa Induk Desa Ekang Anculai dan Kelurahan Kota Baru.
Dari situlah desa ini mengalami pergantian kepemimpinan oleh Etnis Tionghoa. Seiring berjalannya waktu pun, Desa Ekang dipimpin oleh seorang kepala desa. Awal mula dilaksanakan pada tahun 1970 sampai 1978 oleh Sdr. Samiran. Setelah periode berakhir, pemilihan Kepala Desa terus dilakukan secara demokrasi oleh Masyarakat Desa Ekang Anculai.
Kolaborasi Antarwarga Jadi Kunci Keberhasilan Desa Wisata Ekang Anculai sebagai Desa Wisata Berkualitas

Dalam kunjungan Sandiaga Uno pada 23 Januari 2021 silam, beliau menuturkan bahwa desa ini menjadi salah satu contoh terbaik dalam pengelolaan desa wisata. Bermula dari lahan perkebunan karet yang kurang optimal kini disulap menjadi sebuah resort dengan suasana asri dan instagramable. Hal ini tentunya didasari atas inisiatif warga desa setempat dengan 800 kepala keluarga, Bumdes (Badan Usaha Milik Desa), karang taruna dan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata).
Pada akhirnya, keterlibatan masyarakat dalam menjaga infrastruktur dan interkoneksi menjadikan Desa Ekang Anculai masuk ke dalam daftar desa berkualitas di tanah air.
Tawarkan Sensasi Wisata Glamping sampai Paket Bulan Madu dengan Kearifan Lokal



Untuk Scarf Lover yang ingin berlibur dengan suasana penginapan alam terbuka yang tetap hangat. Desa Ekang Anculai adalah pilihan yang tepat buat Anda. Desa dengan pemandangan ciamik ini menawarkan penginapan berkemah ala Glamping (Glamorous Camping). Pastinya sudah dilengkapi fasilitas tempat tidur, kamar mandi dan sebagainya.
Scarf Lover cukup merogoh kocek senilai 600 ribuan saja per malam. Anda sudah bisa menikmati kesejukan pedesaan dari alam setempat, aktivitas berkuda, bersepeda, kolam renang dan sarapan pagi. Bukan hanya itu di sana juga terdapat sarana perahu air, ATV, memberi pakan satwa, klinik dan sebagainya.
Tak perlu khawatir desa wisata ini sudah berstandar resort pada umumnya, lho! Selain itu, penawaran lainnya juga ada seperti Honeymoon Package dan Family Gathering yang bisa booking langsung di situs desawisataekang.id.
Jika sudah berkunjung jangan lupa ya Scarf Lover langsung berswafoto ria buat mempercantik feeds Instagram. Karena view-nya kental dengan arsitektur tradisional bambu bernuansa cokelat dan alam sekitar yang masih lestari. Letaknya pun tak jauh kok dari Bintan Lagoi Bay. Yuk, segera masukan Desa Ekang Anculai ke dalam wishlist tempat wisata berlibur, Scarf Lover, ya! Ingat tetap jaga kelestarian alam setempat, kebersihan dan patuhi protokol kesehatan yang ada.
Mayoritas Wisatawan yang Berkunjung dari Mancanegara

Pengelola Desa Wisata Ekang Anculai, I Wayan Santika mengatakan sebagian besar tamu yang berkunjung adalah wisatawan mancanegara. Kebanyakan dari mereka berasal dari Prancis yang masuk melalui Singapura. Ada yang menginap selama 2 hari hingga 28 hari.
Pengembangan Pohon Mangrove sebagai Rencana Pengembangan Selanjutnya

Selain membuka lapangan pekerjaan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Pihak setempat juga ingin tetap menjaga kelestarian alam. Di mana sebelumnya, pembangunan desa wisata telah dibangun menyesuaikan keadaan alam desa tersebut.
Oleh sebab itu, Wayan mengatakan rencana selanjutnya adalah konsep Eco-lodge berupa penginapan yang ramah lingkungan dan menekankan pada alam. Tujuannya adalah untuk membangun dengan dampak positif yang berkelanjutan. Pembangunan yang menghindari rancangan memicu kerusakan lingkungan setempat sehingga lokasi terasa alami, memiliki potensi ekologi yang tinggi dan program konservasi yang kuat. Eco-lodge juga memiliki komitmen pengolahan limbah yang ramah lingkungan.
Desa wisata ini juga tengah berkoordinasi bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kepri untuk melaksanakan proyek ekowisata mangrove. “Wisata mangrove ini adalah rencana jangka pendek kami. Kami sudah mendapat surat keterangan (SK) melalui kelompok tani untuk mengelola hutan kemasyarakatan,” imbuh Wayan.
Di tambah dengan dukungan Sandiaga pada rencana pengembangan wisata alam mangrove di Desa Wisata Ekang Anculai. “Daerah yang mengelola mangrove itu kualitas oksigennya terbaik, sehingga sangat direkomendasikan untuk berwisata ke sini,” ujar Sandiaga.
(BR)