Sebagai lingkungan terdekat, keluarga memiliki tanggung jawab penting dalam mendidik anak. Dalam hal ini orangtua memainkan peranan penting sebagai pendidik pertama dan utama. Pentingnya peran tersebut membuat orangtua di dalam setiap keluarga diharapkan dapat senantiasa meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya dalam hal mengasuhan anak.
Dalam prosesnya, orangtua seringkali menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang cukup vaiatif. Umumnya, permasalahan yang sering timbul seperti anak tidak mau mendengarkan orangtua, anak suka membantah, anak berlaku semaunya sendiri, dan sebagainya. Setyowati (2013) mengatakan bahwa komunikasi yang kurang efektif antara orang tua dan anak merupakan penyebab permasalaan yang sering dihadapi orangtua secara umum.
Untuk mengatasinya, keterampilan komunikasi dalam mengasuh anak bisa dibangun dengan berbagai cara, salah satunya melalui mindful parenting. Mindful parenting merupakan konsep pola asuh yang menekankan pada kesadaran penuh. Maksudnya orangtua diharapkan hadir dan sadar seutuhnya dalam setiap momen pengasuhannya pada anak. Orangtua diharapkan tidak terdistraksi akan hal-hal lain yang membuat pikiran menjadi tidak fokus sepenuhnya pada anak. Melalui mindful parenting orangtua dituntuk untuk memiliki perhatian yang tinggi terhadap apa yang sedang terjadi dan apa yang anak lakukan atau bicarakan.
Praktisi Pendidikan Keluarga, Melly Kiong mengemukakan ada lima dimensi yang menjadi dasar mindful parenting ini, antara lain:
- Mendengarkan
Poin utama dalam konsep ini adalah mendidik anak dari hati. Hal ini bisa tercermin ketika orangtua berkomunikasi dengan anak, bagaimana orangtua memberikan kesempatan untuk anak berbicara. Orangtua harus mampu mendengarkan anak dengan penuh rasa empati sebagai bentuk perhatian dan kehadiran.
- Tidak menghakimi
Terkadang, anak bisa saja bertindak atau berkata sesuatu diluar kendali orangtua. Dimensi ini menjadi penting juga, ketika banyak orangtua dalam menghadapi perilaku anak cenderung memberikan label negatif, seperti nakal, susah diatur, dan sebagainya. Dalam hal ini orangtua harus sadar bahwa setiap manusia berproses untuk menjadi yang lebih baik, begitupun anak. Orangtua harus menghargai anak dan berusaha tidak memberi label negatif atas setiap perilakunya. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak buruh terhadap tumbuh kembangnya.
- Pengendalian emosi
Dimensi ketiga adalah pengendalian emosi, dimana orangtua diharapkan dapat lebih sabar mengelola emosi yang ada di dalam dirinya dalam menghadapi setiap perilaku anak yang tidak bisa diprediksi. Secara sadar orangtua harus mampu merespons dengan baik apapun perilaku anak dan mengetahui batas luapan emosi dalam mengasuh anak.
- Adil dan bijaksana
Dalam dimensi ini, orangtua dalam dimensi ini diajak untuk memberikan apa yang dibutuhkan anak bukan apa yang diinginkan anak.
- Welas asih atau penuh kasih saying
Dalam dimensi ini tentunya orangtua harus mengajarkan anak untuk berkasih sayang. Anak yang dididik dengan penuh kasih sayang, maka kemungkinan besarnya juga akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih sayang juga. Menumbuhkan konsep kasih sayang dalam keluarga, akan melahirkan generasi yang peduli terhadap sesama, kepada lingkungan dan masyarakat.
(CD)