Pada tanggal 17 Februari kemarin, debat Calon Presiden Indonesia kembali digelar di Hotel Sultan, Jakarta. Pada debat kali ini kedua calon presiden, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto diminta untuk memberi tanggapan, strategi, dan pandangan mereka terkait beberapa isu penting, yakni energi dan pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.
Perlu kita ketahui lingkungan hidup memang menjadi isu yang kritis di era globalisasi ini. Penggunaan bahan plastik yang sangat mencemari lingkungan dan banyaknya limbah-limbah perusahaan yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu menjadi masalah berat, tak hanya bagi Indonesia namun juga bagi dunia.
Lalu bagaimana tanggapan kedua calon pemimpin negeri ini saat membahas mengenai isu lingkungan? Pada sesi yang membahas isu sumber daya alam dan lingkungan, Prabowo mengungkapkaan beberapa langkah strategisnya yaitu akan menegakkan hukum dengan tegas terhadap aksi yang dapat merusak lingkungan karena tidak melaksanakan ketentuan yang berlaku.
Sedangkan Jokowi menanggapi dengan mengatakan bahwa tiga tahun belakangan ini Indonesia berhasil mengurangi kebakaran hutan dan gambut karena tegasnya hukum yang berlaku kepada siapapun. Dan sudah ada 11 perusahaan yang diberikan sanksi karena menyebabkan kerusakan lingkungan. Setelah itu Capres no urut 1 ini, menyatakan bahwa pemerintah sudah mulai membersihkan sungai-sungai yang tercemar, salah satunya sungai Citarum.
Namun, apakah kata-kata yang diungkapkan kedua capres tersebut sesuai dengan data real yang ada? Green Peace Indonesia yang merupakan suatu lembaga swadaya masyarakat, organisasi lingkungan global dari 40 negara memberikan tanggapan terkait pernyataan tersebut. Dalam tulisan di Twitter @GreenpeaceID, mereka mengatakan “Sejak tragedi kebakaran hutan terbesar 2015, kebakaran hutan dan lahan terus terjadi setiap tahun hingga sekarang.”
Selain membahas mengenai kebakaran hutan, kelapa sawit juga menjadi topik yang muncul dalam isu lingkungan. “Saat ini lahan perkebunan sawit telah mencapai 14 juta hektar. Namun, sistem perkebunan sawit dan pengelolaannya masih menimbulkan masalah sosial dan lingkungan. Pertanyaannya, bagaimana kebijakan dan strategi Bapak untuk memperbaiki tata kelola sawit?” ujar Tommy Tjokro, moderator pada debat capres kedua.
Prabowo Subianto memberikan jawabannya dengan mengatakan bahwa ia meyakini produk kelapa sawit dapat dimanfaatkan menjadi biofuel, biodiesel, dan meningkatkan pendapatan petani. Namun, dalam jawabannya Prabowo tidak memberikan pernyataannya mengenai tata kelola sawit. Sedangkan Jokowi justru malah membanggakan angka produksi sawit Indonesia yang mencapai 46 juta ton per tahun dan melibatkan sekita 16 juta petani.
Keduanya terlihat berlomba-lomba mempromosikan minyak sawit dan mengesampingkan fakta bahwa kebun kelapa sawit merupakan penyebab terjadinya penebangan hutan di Indonesia. Sesuai data temuan baru Greenpeace mengungkap, sejak tahun 2015 terdapat 130.000 hektar hutan yang ditebang akibat konsesi perusahaan sawit. Yang mana 41% (51.600 hektar) berada di wilayah Papua.
Banyak pengamat yang menyayangkan jawaban dari kedua calon presiden mengenai isu lingkungan. Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa masih banyak topik penting yang tidak dibahas dalam isu lingkungan hidup, seperti masalah sampah plastik yang sudah mencapai titik krisis dan perubahan iklim. Sekarang, bagaimana pendapat Scarflover mengenai isu lingkungan yang dibahas pada debat capres kedua? (NP)