Beberapa waktu belakangan ini tengah ramai diperbincangkan mengenai sosok tentara perempuan yang berubah menjadi seorang pria, yang bernama Aprilia Manganang.
Awalnya, angkatan darat melihat prestasi yang dimiliki dari Aprilia Manganang sebagai Tim Nasional Bola Voli Putri pada Asian Games 2018 lalu.
Mulai sejak itulah, angkatan darat merekrut Aprilia Manganang melalui program rekrutment khusus bintara yang berprestasi.
Usai menjalani pemeriksaan pada Februari 2021 di RS. Angkatan Darat, Jakarta Pusat Aprilia Manganang resmi menjadi sosok seorang pria karena secara fisik juga ia memiliki tubuh yang kekar dan berotot dan berbeda dari wanita lain. Ternyata, ia memiliki kelainan hipospadia.
Informasi mengenai kondisi hipospadia pada Aprilia dikonfirmasi oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa.
Mengutip dari berbagai sumber, bahwa secara garis besar kelainan hipospadia adalah kelainan bentuk penis yang muncul sejak lahir.
Pada penderita hipospadia, pembukaan uretra -tabung yang mengalirkan urin dari kandung kemih- berada di sepanjang bagian bawah penis bukan berada di ujung.
Tingkat penyimpangannya berbeda-beda, tergantung pada posisi lubang uretra. Bisa berada di dalam kelenjar atau ujung penis, dibatang penis itu sendiri, atau bahkan di dalam skrotum yang berada di antara kedua testis.
Kondisi ini diketahui memengaruhi sekitar satu dari 250 anak laki-laki. Dari jumlah tersebut, 70 persen terdiri dari bentuk yang tidak terlalu berbeda, di mana pembukaan relatif dekat dengan ujung penis, sementara 30 persen dipengaruhi oleh bentuk yang lebih parah.
Sebagian besar kasus didiagnosis saat lahir atau selama masa kanak-kanak, ketika orangtua atau dokter menemukan penis tidak normal selama pemeriksaan fisik. Adapun gejalanya dapat berupa penyemprotan urin yang tidak normal atau harus duduk untuk buang air kecil.
Selain itu, panyandang hipospadia mungkin memiliki fitur lain seperti penis melengkung ke bawah (chordee) atau kulup yang tidak lengkap.
Dalam kasus terakhir, kulup tidak ada di bagian bawah penis sehingga menyerupai tudung di bagian atas, yang dikenal sebagai kulup berkerudung.
Terkadang, hipospadia ini dapat dikaitkan dengan anomali genital lainnya seperti testis tidak turun dengan benar ke dalam skrotum (kriptorkismus) atau penis lebih pendek dari yang diharapkan untuk usia seharusnya (mikropenis).
Sampai saat ini penyebab hipospadia masih menjadi bahan perdebatan. Tetapi, sekitar 10 persen kasus hipospadia terjadi karena faktor genetik dan lingkungan.
(TS)