Ramadan, menjadi suatu hal yang sangat dinantikan oleh seluruh umat muslim di dunia. Karena saat Ramadan tentunya banyak kegiatan atau tradisi yang bisa dilakukan secara bersama-sama. Seperti buka puasa bersama, ibadah shalat tarawih, ataupun juga kajian-kajian yang bisa dilakukan bersama dengan sukacita.
Namun di tengah adanya penyebaran virus covid-19 saat ini, membuat negara-negara lain memutuskan untuk membuat perubahan terkait tradisi yang biasanya dilakukan. Ada beberapa hal yang membuat pandangan berbeda tentang perayaan Ramadan di tengah keadaan saat ini. Di bawah ini kita akan melihat bagaimana perbedaan dari 3 negara dalam menjalankan kegiatan di bulan suci Ramadan.
- Inggris
Perayaan Ramadan di Inggris tahun ini sudah diberitahukan bahwa akan mengalami perubahan drastis selama 30 hari berpuasa oleh Dewan Muslim Inggris. Dewan Muslim Inggris memberi saran untuk menutup semua masjid yang ada. Dilansir dari BBC, ada salah satu satu masjid yakni Masjid Hujjat di Kawasan Stanmore, barat laut London mengubah acara buka bersama mereka dengan melakukan kegiatan pengantaran makanan kepada 150 keluarga yang membutuhkan. Selain itu Mesjid Hujjat menggelar acara ceramah yang dilakukan secara daring selama bulan Ramadan. Para mahasiswa pun juga sama, mereka mengubah tradisi buka bersama yang dialihkan menjadi kegiatan daring.
- Iran
Dilansir melalui vox, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei memerintahkan agar orang-orang melakukan ibadah dari rumah. Selain itu, negara ini pun telah memutuskan untuk melarang masyarakatnya untuk berpergian selama bulan Ramdhan dan memaksa puluhan juta orang untuk menghabiskan masa liburan panjang jauh dari keluarga.
- Pakistan
Dilakukan secara berbeda, justru Pakistan tetap menjalankan tradisi Ramadan secara normal. Mereka tidak menghiraukan adanya perintah untuk melakukan lockdown. Masjid dan pasar tetap ramai dipadati warga. Dilansir dari new york times, Pemerintah menyerah pada beberapa ulama karena menurut mereka masjid harus tetap beroperasi selama bulan suci Islam. Sebagian besar ulama telah mematuhi aturan tapi beberapa ulama lain yang paling berpengaruh segera meminta umat untuk menghadiri shalat Jumat dalam jumlah yang lebih besar. (AA)