Beberapa waktu lalu, Jepang menjadi perbincangan hangat di dunia maya, terutama terkait dengan salah satu ikon wisata paling terkenal mereka, yaitu Gunung Fuji.
Kejadian yang tak biasa terjadi ketika salju, yang biasanya sudah melapisi puncaknya sejak akhir September, baru turun pada (6/11/2024). Fenomena ini memicu rasa penasaran dan kekhawatiran di kalangan masyarakat Jepang, serta menarik perhatian global.
Salju pertama kali turun di sisi barat daya gunung yang terkenal ini, memberikan pemandangan yang sangat menakjubkan. Terlihat salju menyelimuti puncak Gunung Fuji yang menjulang tinggi, di atas awan dengan latar belakang langit biru yang cerah, menambah pesona alami dari “Fujisan”.
Puncak bersalju Gunung Fuji memberikan kesan ketenangan dan kedamaian yang jarang bisa ditemukan di tempat lain. Salju yang menutupi lereng yang hampir simetris ini menciptakan kontras yang menawan antara putihnya salju dan kehijauan pepohonan di kaki gunung.
Keindahan ini mengingatkan kita pada karya seni terkenal dari seniman ukiyo-e, Katsushika Hokusai, yang menggambarkan Gunung Fuji dalam salah satu seri lukisan “Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji”, di mana gunung ini tampak begitu agung dengan latar salju dan ombak yang dinamis.
Gunung Fuji bukan hanya sebuah destinasi wisata, tetapi juga ikon budaya Jepang. Gunung ini dianggap sebagai tempat ziarah spiritual, tempat di mana banyak orang datang untuk merenung dan mencari kedamaian batin. Keindahannya, terutama saat tertutup salju, telah menginspirasi berbagai bentuk seni, dari lukisan, puisi, hingga film.
Fenomena salju yang terlambat turun di Gunung Fuji menjadi pengingat akan betapa luar biasanya keindahan alam Jepang yang Allah ciptakan, yang tak hanya memikat dengan pemandangan, tetapi juga mengandung nilai budaya.
Keagungan Gunung Fuji, terutama saat puncaknya diselimuti salju, akan selalu menjadi sumber inspirasi dan ketenangan bagi siapa saja yang menyaksikannya, sekaligus menegaskan posisinya sebagai simbol abadi budaya Jepang.