Siapa yang tidak tahu Kebun Raya Bogor? Salah satu destinasi wisata yang terkenal ini, menjadi favorit bagi banyak orang jika sedang melancong ke Kota Bogor. Tidak hanya piknik, Scarf Lover juga bisa melakukan banyak kegiatan di Kebun Raya Bogor seperti bersepeda, mengunjungi museum, belajar tentang tumbuhan, memberi makan rusa, dan lain-lain.
Tetapi, Scarf Lover tahu gak, bagaimana awal terbentuknya Kebun Raya Bogor ini?
Dilansir dari laman resmi krbogor.lipi.go.id, karena peperangan yang terjadi di Eropa, membuat Belanda mengembangkan ilmu pengetahuan dengan mengirim Cornelis Theodorus Elout, G.A.G.P. Baron van der Capellen, serta Prof. Caspar George Carl Reinwardt ke Indonesia untuk melakukan riset di bidang tumbuh-tumbuhan.
Kemudian semua tanaman riset tersebut dikumpulkan di sebuah kebun botani di halaman Istana Bogor, yang sebelumnya ditempati oleh Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles bersama istrinya Olivia Mariamne Raffles pada tahun 1811 – 1816. Melalui bantuan William Kent yang merupakan seorang ahli botani, halaman Istana Bogor kemudian dikembangkan dan disulap oleh Raffles menjadi kebun yang cantik dengan bergaya Inggris klasik.
Tanggal 15 April 1817, Reinwardt lalu mencetuskan gagasan untuk mendirikan kebun botani yang setelah disetujui, pada tanggal 18 Mei 1817 Gubernur Jenderal G.A.G.P. van der Capellen secara resmi mendirikan sebuah Kebun Raya di Kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg (dari bahasa Belanda yang berarti tidak perlu khawatir), dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg.
Dengan lahan seluas 47 hektar, pelaksanaan awal pembangunan kebun ini dipimpin langsung oleh Reinwardt, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent, seorang kurator Kebun Botani Kew yang terkenal di Inggris mulai dari tahun 1817 – 1822. Dalam jangka waktu tersebut, ia juga mengumpulkan banyak tanaman dan benih lain dari seluruh Nusantara, sehingga menjadikan Bogor sebagai pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Di masa itu, diperkirakan hidup sekitar 900 tanaman di kebun tersebut.
Setelah Reindwardt kembali ke Belanda pada tahun 1822, Dr. Carl Ludwig Blume menggantikannya untuk melakukan inventarisasi tanaman koleksi yang tumbuh di kebun tersebut. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertama berhasil dicatat sebanyak 912 jenis tanaman.
Sebenarnya, pembangunan kebun ini sempat terhenti karena kurangnya dana namun dirintis kembali oleh Johannes Elias Teijsmann yang merupakan seorang ahli kebun istana Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1831. Dibantu oleh Justus Karl Hasskarl, ia melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan mengelompokkan menurut suku (familia) yang membuat sebagian koleksi di kebun tersebut harus ditanam ulang, dipindahkan beberapa pohon yang terlalu besar, serta diberi label merah untuk menandai tanggal penanamannya yang masih dapat Anda lihat sampai sekarang.
Selama menjabat, Teijsmann juga berhasil membawa ribuan spesies tumbuhan ke Kebun Raya Bogor dari perjalanan ke berbagai negara. Teijsmann kemudian digantikan oleh Dr. Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer yang pada tahun 1867 menjadi direktur dan digantikan kembali oleh Prof. Dr. Melchior Treub. Setahun kemudian pada tanggal 30 Mei 1868, Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah kepengurusannya dengan halaman Istana Bogor.
Pada mulanya, Kebun Raya Bogor hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan di Hindia Belanda. Namun pada perkembangannya, pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia dan sebagai wadah bagi ilmuwan terutama bidang botani di Indonesia secara terorganisasi pada tahun 1880 – 1905.
Setelah kemerdekaan, tahun 1949 ‘s Lands Plantentiun te Buitenzorg berganti nama menjadi Jawatan Penyelidikan Alam, yang kemudian menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LLPA) dan pertama kalinya dikelola serta dipimpin oleh bangsa Indonesia, yakni Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo. Di masa tersebut, LLPA juga mempunyai enam anak lembaga, diantaranya Bibliotheca Bogoriensis, Hortus Botanicus Bogoriensis, Herbarium Bogoriensis, Treub Laboratorium, Musium Zoologicum Bogoriensis dan Laboratorium Penyelidikan Laut. Serta pada tahun 1956, untuk pertama kalinya pimpinan Kebun Raya dipegang oleh bangsa Indonesia yakni Sudjana Kassan yang menggantikan J. Douglas.
(AN)