Dua ahli terapi pernapasan yang berbasis di St. Paul, Minnesota, telah mendirikan Mawadda, sebuah perusahaan yang menyediakan APD Hijab sekali pakai yang memenuhi standar keselamatan dan ketentuan agama. Kedua nakes asal Amerika Serikat tersebut bernama Yasmin Samatar dan Firaoli Adam.
Dilansir dari laman Al Dia News, pemahaman akan pentingnya memiliki Alat Pelindung Diri (APD) yang sadar akan budaya mendorong nakes Yasmin Samatar dan Firaoli Adam untuk mendirikan Mawadda.
Yasmin Samatar adalah seorang wanita Muslim Somalia berkulit hitam yang bangga lulus dari Universitas St.Catherine dengan gelar Sarjana Perawatan Pernafasan.
Adam, yang juga dipanggil Urji, adalah seorang wanita Muslim Oromo berkulit hitam yang bangga lulus dari universitas dan program yang sama bersama Samatar.
“Kami telah mengalami sendiri rasa frustrasi, kekhawatiran, dan hilangnya produktivitas yang disebabkan oleh kurangnya alat pelindung diri yang layak bagi perempuan Muslim,” jelas mereka.
Misi Mawadda adalah memperjuangkan dan mendukung inisiatif keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI) dalam industri layanan kesehatan yang memenuhi persyaratan keselamatan dan budaya.
Samatar dan Adam menjelaskan bahwa selama pandemi COVID-19, APD diperkuat bagi petugas kesehatan untuk mencegah dan membendung penyebaran virus. Sayangnya, hijab tidak termasuk dalam standar pembuatan APD yang terdiri dari sarung tangan, gaun pelindung, penutup sepatu, penutup kepala, masker, respirator, pelindung mata, pelindung wajah, dan kacamata.
“Hijab yang dikenakan di fasilitas medis bukan merupakan APD, dan membuat petugas kesehatan terpapar cairan dan penyakit menular,” tegas mereka. “Jadi kami memimpin upaya untuk menyelesaikan paten hijab sekali pakai bio-safe yang masih dalam proses paten dan memenuhi standar FDA dan sebagian besar memenuhi standar hijabi.”