Sri Lanka jatuh ke dalam krisis ekonomi yang akut, setelah sektor pariwisatanya ambruk karena pandemi dan upaya pemulihan ekonominya terganggu.
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksha terpaksa mengundurkan diri dan menyingkir keluar negeri, ke Maladewa, pada Rabu, 12 Juli 2022, kemudian berpindah ke Singapura. Sri Lanka mengalami inflasi 50 persen, cadangan devisa yang hanya cukup untuk impor 7–8 pekan, serta jaringan listrik yang biarpet karena ketiadaan bahan bakar untuk pembangkit listriknya.
Dalam survei Bloomberg itu, para analis hanya menyampaikan sejumlah indikator ekonomi makro dari berbagai negara yang kemudian diolah dalam model statistik. Model yang dikembangkan oleh Bloomberg itu kemudian memberikan angka peluang (probabilitas) kejadian pertumbuhan negatif pada produk domestik bruto (PDB) jangka dua kuartal atau lebih alias resesi pada 2023.
Hasil survei Bloomberg itu sempat disinggung oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi persnya di Nusa Dua, Bali, pada Rabu, 13 Juli 2021, di sela-sela acara Pertemuan Ketiga Finance Minister and Central Bank Governor (FMCBG), dalam kerangka G20.
“Indonesia termasuk daftar 15 negara yang berpotensi mengalami resesi berdasarkan survei Bloomberg.
Sri Mulyani mengatakan bahwa Indonesia pada peringkat 14 dengan probabilitas masuk krisis 3 persen. Hasil survei tersebut menunjukkan indikator ekonomi Indonesia jauh lebih baik dari negara-negara lain yang peluang resesinya lebih tinggi.
“Itu dapat menggambarkan bahwa dari indikator neraca pembayaran kita, APBN kita, ketahanan GDP kita, dan juga dari sisi korporasi maupun dari rumah tangga serta monetery policy kita, relatif dalam situasi yang tadi disebutkan, risikonya tiga persen dibandingkan negara lain yang potensi untuk bisa mengalami resesi jauh di atas kita,” ujarnya dikutip dari indonesia.go.id.
Kendati demikian, Indonesia masih tetap harus waspada terhadap potensi resesi yang masih dapat terjadi. Pasalnya, saat ini negara-negara di dunia masih dibayangi hantu resesi dan kenaikan inflasi.