Indonesia International Modest Fashion Festival atau IN2MF 2024 kembali mencuri perhatian di panggung internasional dengan partisipasinya dalam event fashion bergengsi di Paris. Pagelaran modest fashion IN2MF diintegrasikan dengan pameran perdagangan skala global Who’s Next pada 8-10 September 2024 di Porte de Versailles, Paris. Acara ini bukan hanya menjadi momen bersejarah bagi IN2MF, tetapi juga membuka peluang bagi desainer-desainer Indonesia untuk memperkenalkan karya mereka ke pasar Eropa yang kompetitif.
Potensi yang sangat besar ini ditunjukkan pada desainer berbakat Indonesia, ada Dian Pelangi yang menampilkan kekayaan wastra tenun limar khas Palembang yang dipadukan dengan gaya kasual modern. Setiap detail dalam koleksi ini dirancang dengan teknik tenun dan bordir yang unik, menghasilkan tampilan yang elegan dan memikat.
Ada juga Itang Yunasz yang menggabungkan kemewahan bahan premium dengan keunikan motif songket Bali, menciptakan busana yang tak hanya menonjolkan estetika, namun juga sarat makna budaya.
Wignyo yang memanfaatkan potongan kain tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang sebelumnya tidak terpakai dan hanya berakhir sebagai limbah tekstil. Melalui eksplorasi desain dengan teknik aplikasi perca, potongan-potongan kain tenun ATBM hasil pengembangan Wignyo seperti spunsilk, tenun full bintik, tenun lurik, tenun salur bintik, dan tenun benang putus, dirangkai menjadi gaya pakaian yang artistik.
Selain desainer Indonesia, pagelaran IN2MF di Paris juga memberikan panggung untuk brand lokal menampilkan karya terbaiknya. Seperti halnya, Dama Kara menghadirkan koleksi dengan sentuhan motif piramid yang memiliki siluet segi empat dan motif Gayatri yang memiliki makna dualisme yaitu di balik sisi kurang yang terlihat. Koleksi ini dibuat dengan mengeksplorasi limbah ampas kopi sebagai pewarna alami yang dipadukan dengan wastra tenun Garut yang dibuat oleh pengrajin, teknik bordir, dan batik cap traditional.
Ada Batik Chic by Novita Yunus yang menggunakan kain ecoprint sutra yang mewah dipadukan dengan sutra Garut untuk menciptakan busana elegan yang dilengkapi dengan detail bordir yang rumit. Koleksi ini mencakup berbagai jenis pakaian seperti kaftan, outer, blouse, dress, dan celana, serta menggunakan teknik Kanoko dan menghadirkan ansambel yang chic dan serbaguna.
Yece by Yeti Topiah menggunakan tenun Troso Jepara yang dibuat dengan teknik mengabungkan benang secara memanjang (disebut benang lungsi) dan melintang (disebut benang pakan) secara bergantian. Koleksi casual modest wear ini mengaplikasikan style tahun 1960 dengan siluet A dan geometris dalam bentuk padupadan mini dress dan mini skirt minimalis warna cerah dan motif kontemporer
Luvnic by Luffi menghadirkan koleksi warna terang dan energik seperti biru, kuning, putih, serta desain kasual, simple, dengan menggunakan motif batik modern senada dengan wastra Sumatera Selatan yaitu kain jumputan.
Ada pula Jamilah x Prafito by Tujuh Bersaudara meluncurkan debut koleksi bertema “Hanabloem” dengan desain kontemporer yang mewah menggunakan wastra Sumatera Selatan. Kain premium yang terbuat dari tenun, sutra, dan linen bertekstur.
Dengan dukungan yang tepat, desainer-desainer ini diharapkan dapat terus berinovasi dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam industri fashion dunia.