Beberapa orang tua mempersiapkan anak-anak kecil untuk vaksin COVID-19, tetapi dokter tidak menyarankan langkah itu sebagai berisiko.
Memiliki anak di bawah 12 tahun untuk menerima vaksin menimbulkan pertanyaan medis dan sehingga menjadi polemik dari yang dapat dimengerti hingga yang salah.
Scarflover anak-anak dengan kondisi yang mendasarinya layak dicoba dengan mempertimbangkan alternatifnya. Dengan banyak orang yang menolak vaksin, seseorang mungkin juga bisa menggunakan dosis tertentu, meskipun dosis yang diperlukan untuk orang dewasa berisiko.
Melansir dari USA Today, O’Leary adalah anggota American Academy of Pediatrics, yang CEO-nya baru-baru ini mengirim surat kepada Food and Drug Administration mendesak badan tersebut untuk mempercepat persetujuan vaksin bagi mereka yang berusia di bawah 12 tahun, dengan memanfaatkan data yang dikumpulkan dari eksperimen yang sedang berlangsung.
FDA berpacu pada waktu di beberapa bidang. Ketika melihat orang dewasa, beberapa orang Amerika mengatakan mereka akan mendapatkan suntikan hanya ketika badan memberikan persetujuan penuh atau hanya mendapatkan vaksin darurat.
Pemerintahan Biden mengatakan itu mungkin terjadi bulan depan. Sementara untuk anak-anak, ditunda dulu persetujuan darurat yang bisa terjadi jika FDA memutuskan untuk menambahkan anak-anak ke dalam uji coba saat ini secara meningkat karena rumah sakit semakin memperhatikan pasien yang lebih muda dan tidak divaksinasi.
Sekadar informasi, vaksin Covid-19 buatan Sinovac jadi yang pertama diizinkan BPOM dan ITAGI untuk diberikan pada anak usia 12 hingga 17 tahun. Sedangkan vaksin Pfizer dan Moderna meski sudah mendapatkan EUA dari BPOM, belum mendapat izin untuk digunakan pada anak dan remaja. Di sisi lain, vaksin AstraZeneca yang sudah dikaji BPOM dan ITAGI, serta tersedia di Indonesia, tidak direkomendasikan diberikan pada anak-anak.
(NRN)
