Tiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, tak jarang mereka selalu marah bila ada yang tidak sesuai menurut mereka. Tidak hanya marah yang biasa, bisa juga marah besar sambil berteriak.
Orang tua tentu sering tidak sadar telah berteriak pada sang anak, karena ada emosi yang membara dan dirasa harus segera diluapkan. Perlu diingat bahwa orang tua marah tentu karena ada alasan yang menyebabkannya. Akan tetapi, marah dan berteriak juga sebenarnya tidak bisa cepat menyelesaikan masalah. Justru hanya akan memperparah.
Mengutip laman Healthline, berteriak pada anak bisa membuat mereka diam sejenak, akan tetapi tidak bisa membyat mereka memperbaiki sikap dan perilakunya. Anak-anak mengandalkan orang tua untuk belajar. Jika kemarahan dan agresi terkait seperti berteriak adalah bagian dari apa yang dianggap “normal” dalam sebuah keluarga, maka nantinya perilaku anak-anak pun akan mencerminkan hal itu.
Anak jadi lebih suka berteriak pada orang tua, tidak mau menurut dan disiplin, setiap diajak bicara akan meninggikan suaranya. Mengapa? Karena meniru orang tuanya.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa berteriak membuat anak-anak lebih agresif, secara fisik dan verbal. Berteriak secara umum, apa pun konteksnya, merupakan ekspresi kemarahan. Itu membuat takut anak-anak dan membuat mereka merasa tidak aman.
Tentunya ada efek jangka panjang yang akan diterima sang anak bila orang tua terus menerus meneriakinya, misalnya seperti kecemasa, merasa rendah diri dan peningkatan agresi. Anak-anak juga akan menjadi lebih rentan terhadap penindasan karena saat bersama orang tua pun ia selalu diperlakukan tidak baik.
Maka dari itu, membuat anak menurut tidak harus dengan meneriakinya sambil marah, namun dengan megambil hatinya. Hubungan orang tua dan anak yang baik tentu akan membuat suasana lebih harmonis karena anak pun bisa dengan mudah didisiplinkan. Anak bisa menurut dengan mudah tanpa Anda harus membuat tenaga dengan marah-marah.
(AA)