Delirium, Salah Satu Gejala Covid-19 yang Harus Anda Waspadai

Wabah pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Pasalnya, gejala-gejala untuk menandakan munculnya virus ini pun semakin meningkat, salah satu gejala yang sempat membuat heboh masyarakat adalah gangguan delirium.

Delirium merupakan salah satu gangguan mental serius yang membuat para pengidapnya memiliki efek rasa kebingungan serta kesadaran yang berkurang. Hal tersebut sesuai dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitat Oberta de Catalunya (UOC) dan dituliskan dalam sebuah jurnal yakni Journal of Clinical Immunology and Immunotherapy.

Munculnya gangguan ini bisa berlangsung dalam waktu singkat, dari mulai gangguan kesadaran, delusi dan halusinasi hingga selalu dalam keadaan bingung. Delirium disebabkan oleh proses biologis akut pada struktur, tingkat fungsional, atau kimiawi di otak dan, yang terpenting mungkin timbul dari proses penyakit yang ada di luar otak.

Baca juga  Wishnutama Positif Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bisa Terapkan Sertifikasi CHSE

“Kita perlu waspada, terutama dalam situasi epidemiologis seperti ini, karena seseorang yang menunjukkan tanda-tanda kebingungan mungkin merupakan indikasi infeksi.” ujar peneliti UOC Javier Correa, yang melakukan penelitian ini di Universitas Bordeaux (Prancis) mengutip laman eurekalert.org.

Melansir healthline, lansia yang berusia 65 tahun ke atas akan lebih berisiko mengalami delirium. Selain lansia, ada pula orang-orang yang berisiko delirium antara lain orang yang pernah menjalankan sebuah operasi, sedang di bawah tekanan emosional ekstrem hingga orang yang pernah mengalami kondisi yang merusak otak (stroke dan demensia).

Selain itu, Correa bersama dengan peneliti UOC Cognitive NeuroLab, Diego Redolar Ripoll menunjukkan bahwa kaitan antara efek Covid-19 yang menyerang sistem saraf puat, yakni otak. Melihat ada banyak sekali gejala-gejala yang berfokus pada rusaknya organ tubuh seperti paru-paru, ginjal dan jantung. Namun, ada pula indikasi yang menunjukkan bahwa Covid-19 dapat menyerang sistem saraf pusat dan akan menghasilkan perubahan neurokognitif, seperti sakit kepala dan delirium, serta episode psikotik.

Baca juga  Menag Imbau Agar Jemaah Fokus Ibadah Usai Tiba di Jeddah

Terdapat tiga penyebab tentang bagaimana virus Covid-19 bisa memengaruhi fungsi saraf otak, diantaranya adalah hipoksia atau defisiensi oksigen saraf, radang jaringan otak akibat badai sitokin dan fakta bahwa virus memiliki kemampuan untuk melintasi darah. Correa menambahkan bahwa salah satu dari ketiga faktor penyebab tersebut akan berpotensi menyebabkan delirium.

(AA)

Translate »