Carut Marut Industri Kecantikan di Indonesia

Ada apa dengan industry kecantikan di Indonesia saat ini? Ramai menjadi perbincangan banyak skincare local yang ternyata overclaim, atau bahkan produk whitelabel dari China yang kemudian booming namun belum jelas kandungannya, atau issue fast beauty yang saat ini juga banyak diperbincangkan karena hal ini juga menjadi industry yang rentan akan sampah plastic dan kimia dari industry tersebut.

Tidak bisa dipungkiri industry ini terus meroket ,riset yang dilakukan oleh platform data dan intelejen bisnis global statistika, pendapatan pasar kecantikan dan perawatan pribadi di Indonesia pada 2024 diperkirakan mencapai USD 9,17 Miliar atau sekitar Rp 142 Triliun, dengan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 4,02 %. Hal ini tentunya sangat menggiurkan bagi pengusaha untuk ada di kolam industry yang sangat besar peminatnya.

Di tahun ini 2024 ada beberapa merek yang sudah gulung tikar seperti SYCA, NOOLAB, INNERTRUE dan yang terbaru MEET BEET BEAUTY yang mengumumkan untuk menutup brandnya. Kompetisi yang tidak sehat ini bisa terjadi karena beberapa kemungkinan mulai dari semakin banyak brand yang baru lahir namun tidak disertai dengan strong ingredient karena memproduksi di pabrik yang sama (makloon) , overclaim dari ingredient produk, kurangnya RnD untuk setiap produk yang direlease, dan tentu saja gempuran whitelabel dan brand dari China dengan harga yang sangat murah.

A close-up of a hand holding a white cosmetic bottle against a neutral background, perfect for product mockups and beauty industry use.
Photo by SHVETS production

Jika kita belajar dari brand brand beauty international terdahulu yang mampu bertahan puluhan tahun, biasanya mereka memiliki strong ingredients yang tidak dimiliki oleh brand lain, sebut saja Shisheido asal Jepang yang sudah bertahan diindustri kurang lebih 143 tahun. Brand tersebut perlu waktu RND yang sangat Panjang untuk bisa release 1 jenis serum yang efektif untuk regenerasi kulit. Salah satu produknya yaitu Ultimune yang perlu waktu 20 tahun  sampai akhirnya di lempar ke pasar. Bagi Shisheido RND adalah elemen yang penting bagi sebuah brand, karena dengan RND yang matang akan menghasilkan produk yang sangat baik.

Baca juga  7 Brand Kosmetik Lokal Ini Sudah Tersertifikasi Halal

Hal ini tentu berat dilakukan oleh UKM atau start up di industri kecantikan, mereka tidak memiliki tim RND khusus dan biasanya diberikan pada tim RND di pabrik makloon yang mungkin saja tidak sesuai dengan ekspektasi brand atau bahkan sample produk dan produk jual memiliki kandungan aktif yang tidak sama. Biasanya bahan-bahan aktif yang dipakai dalam produk skincare makloon lebih pada material yang mudah didapatkan seperti vitamin c, hyaluronic acid, hidrokuinon, mercuri dan kandungan standar lainnya. Sementara jika melakukan RnD, brand bisa memiliki pembeda karena meneliti zat aktif yang tidak dimiliki oleh produk lain.

Gempuran produk China dengan harga murahpun tentu semakin menambah beban diindustri ini. Sehingga menjadi penting bukan hanya bermain di level produk masal tapi juga berani mengambil pasar premium yang jarang dilirik oleh brand local. Namun dipasar ini diperlukan pembeda secara kandungan produk, packaging yang elegan dan sustainable  karena awet dan bisa dipakai berulang  dan tidak mudah pecah ,serta layanan konsumen yang biasanya ada di counter. Brand skincare mewah seperti La Mer yang dikenal dengan kandungan Miracle broth , dari brand tersebut lahir sampai hari ini kandungan tersebut yang selalu diimprove dan terus ada. Hal ini menjadi pembeda sehingga brand memiliki value kuat.

Baca juga  Supergoop! Brand Tabir Surya Yang Inovatif Kini Telah Resmi Hadir Di Jakarta

Apa yang harus dilakukan industry ini? Untuk brand yang sudah ada segera benahi produk, dan jangan terburu-buru merilis produk karena brand lain release variasi produk baru. Pastikan brand Anda memiliki strong ingredients, untuk skincare jangan tergiur keuntungan namun merugikan konsumen. Karena pilihan produk semakin banyak, jika produk Anda over claim dengan kandungan yang sama bahkan tidak ada bedanya, konsumen akan lari ke brand yang lain atau bahkan berinvestasi ke brand yang lebih mahal namun sudah teruji. Jika brand yang belum memiliki pabrik sendiri, hati-hati memilih pabrik makloon, cek surat-surat izin serta sertifikasinya, pastikan produk yang di jual dengan sample yang sudah disepakati sesuai. Ingat, industry ini sangat menjanjikan, sehingga hanya brand terbaik yang akan bisa bertahan! (TS)

Translate »