BMKG Ajak Warga Indonesia Menyaksikan Fenomena Bulan Purnama di Atas Kabah

Fenomena langka Malam Tanpa Bayangan Bulan di Ka’bah kembali terjadi setelah 47 tahun yang lalu.

Mengutip dari laman www.lapan.go.id, Malam Tanpa Bayangan Bulan (MTBB) adalah malam di mana ketika Bulan memasuki fase purnama, posisi Bulan berada tepat di atas zenit (secara awam, posisi Bulan tepat berada di atas kepala kita), sehingga seolah-olah tidak ada bayangan yang terbentuk.

MTBB dapat diketahui apabila nilai deklinasi Bulan sama dengan lintang geografis pengamat, sebagaimana ketika HTBM (Hari Tanpa Bayangan Matahari)

Bagi orang-orang yang berada di Masjid Al-Haram, Mekkah, Arab Saudi, fenomena ini akan terjadi pada pertengahan bulan Jumadal Akhirah 1442 H (Hijriah) yang bertepatan dengan hari Jum’at, 29 Januari 2021 pukul 00.43.33 AST (Arabia Standard Time) atau Waktu Saudi atau pukul 04.43.33 WIB atau 05.43.33 WITA dengan ketinggian 89º57’18,64” (89,955 derajat) dan jarak 381.112,35 km dari Bumi.

Fenomena ini terjadi 147 menit setelah puncak fase purnama yang terjadi pada pukul 22.16.10 Waktu Saudi, sehingga piringan Bulan yang menghadap ke Bumi akan bercahaya dengan luasan 99,87% dan diameter sudut 0,52 derajat.

Fenomena MTBB Bisa Meluruskan Arah Kiblat 

Image: timeanddate.com

Fenomena ini dapat digunakan untuk meluruskan arah kiblat bagi belahan dunia yang mengalami malam hari selama Bulan belum terbenam. Hal ini bisa terjadi ketika Bulan terletak tepat di atas Ka’bah atau kiblat umat Muslim di seluruh dunia, posisi Bulan akan mengarah ke Ka’bah bagi pengamat di luar Ka’bah. Di Indonesia, sebagian provinsi Maluku, Papua Barat, dan Papua sekitarnya, sungguh disayangkan kali ini tidak dapat merasakan fenomena langka tersebut. Maka, tidak bisa meluruskan arah kiblat mengingat posisi Bulan yang sudah terbenam lebih dahulu. Bagi Pulau Halmahera, Pula Timor, Pulau Rote, Pula Buru, Pulau Seram Bagian Barat, Kepulauan Sula Bagian Timur dan Kepulauan Lembata. Pada daerah tersebut Bulan dan Matahari akan bersama-sama di atas ufuk ketika MTBB di Ka’bah atau disebut juga sebagai selenelion (selena (Bulan) + helion (Matahari)).

Fenomena Serupa Pernah Terjadi di Tahun 1974 dan Diprediksi Kembali Terjadi di Tahun 2038

Baca juga  Damkar Evakuasi Kucing Terjebak di Mesin Mobil

Fenomena MTBB di Ka’bah atau Bulan Purnama di atas Ka’bah pernah terjadi pada pertengahan bulan Zulhijjah 1394 H yang bertepatan dengan hari Minggu, 29 Desember 1974 pukul 00.05.28 Waktu Saudi atau pukul 04.05.28 WIB atau 05.05.28 WITA dengan ketinggian 89º57’32,34” (89,96 derajat) dan jarak 365.387,26 km dari Bumi. Selain itu, fenomena ini pernah terjadi juga pada pertengahan bulan Muharram 1335 H yang bertepatan dengan hari Jumat, 10 November 1916 pukul 00.00.34 Waktu Saudi atau pukul 04.00.34 WIB atau 05.00.34 WITA dengan ketinggian  89º59’16,60” (89,99 derajat) dan jarak 388.249,15 km dari Bumi.

Fenomena ini akan terjadi kembali pada pertengahan bulan Zulhijjah 1459 H yang bertepatan pada hari Kamis, 21 Januari 2038 pukul 00.17.16 Waktu Saudi pukul 04.17.16 WIB atau 05.17.16 WITA dengan ketinggian 89º57’38,00” (89,96 derajat) dan jarak 373.630,99 km dari bumi. Selanjutnya, fenomena ini akan kembali terjadi pada pertengahan bulan Rajab 1479 H yang bertepatan pada hari Minggu, 21 Januari 2057 pukul 00.36.45 Waktu Saudi atau pukul 04.36.45 WIB atau 05.36.45 WITA dengan ketinggian 89º59’39’30,15” (89,99 derajat) dan jarak 394.513,57 km dari Bumi.

Siklus Purnama Jadi Alasan Fenomena Ini Jarang Terjadi

Fenomena MTBB di Ka’bah atau purnama di atas Ka’bah relatif lebih jarang terjadi, mengingat orbit Bulan yang miring 5,1 derajat terhadap ekliptika. Selain itu, siklus purnama yang rata-rata terjadi setiap 29,5 hari sekali atau lebih panjang 2,2 hari dibandingkan dengan siklus ketika Bulan berada di atas Ka’bah yang rata-rata terjadi setiap 27,3 hari sekali. Sehingga, tidak setiap purnama bertepatan dengan ketika Bulan berada di atas Ka’bah selama nilai deklinasi Bulan sama dengan lintang geografis Ka’bah.

Sementara itu, HTBM Ka’bah atau Matahari tepat berada di atas Ka’bah terjadi setiap tahunnya sebanyak dua kali. Pada tahun 2021 HTBM terjadi pada tanggal 27 Mei pukul 16.17.52 WIB dan 15 Juli pukul 16.26.43 WIB. Fenomena inilah yang disebut juga sebagai Rasyadulqiblah Global atau Rasydulqiblah yang digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia yang jauh dari Masjid Al-Haram untuk meluruskan kembali arah kiblat di masjid, langgar/surau maupun kediaman mereka masing-masing.

Baca juga  Inilah Cara Memakai Scrub Yang Benar Untuk Mendapatkan Hasil Maksimal

Ketika cuaca berawan bagi belahan dunia yang mengalami siang/sore hari, umat Muslim yang terletak jauh dari Masjid Al-Haram dapat mengandalkan posisi Bulan yang mengarah ke Ka’bah saat malam hari untuk meluruskan atau mengecek ulang arah kiblat mereka masing-masing. Tingkat akurasi arah kiblat yang diukur dengan posisi Bulan Ketika MTBB Ka’bah sama dengan arah kiblat yang diukur dengan posisi Matahari ketika HTBM, Ka’bah bahkan menyamai tingkat akurasi pada aplikasi di dalam gawai pintar.

Mengukur arah kiblat menggunakan posisi Bulan pada dasarnya sama ketika menggunakan bayangan Matahari, yakni memenuhi tiga prinsip: tegak lurus, rata dan tepat waktu. Namun, mengingat intesitas cahaya Bulan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan Matahari, maka cukup dengan menghadapkan badan dan mengarahkan pandangan ke Bulan di waktu yang sudah ditentukan. Atau, jika ingin lebih presisi, dapat menggunakan teodolit ataupun tongkat berbentuk L terbalik. Khusus untuk fase Bulan antara dua hari sebelum dan dua hari setelah purnama (luas piringan yang bercahaya 95,5% dengan kecerlangan 87,5% atau 7/8 kali kecerlangan bulan purnama), pada saat cuaca cerah dan tidak ada polusi cahaya buatan di sekeliling pengamat (seperti sorot lampu, dsb), Bulan akan menghasilkan bayangan meskipun tidak setajam bayangan benda oleh sinar matahari. Bayangan Bulan ini akan mengarah ke kiblat ketika Bulan terletak di atas Ka’bah.

BMKG Serukan Kaum Muslim Jadi Saksi Fenomena MTBB

Image: Tangkapan Layar jam.bmkg.go.id

Dengan itu, BMKG melalui akun Instagram @infobmkg mengajak para warga Indonesia khususnya kaum muslim untuk bisa merasakan fenomena langka ini dengan mengecek kembali arah kiblat Anda pukul 04.43 WIB atau 05.43 WITA

Berikut langkah-langkahnya :

  1. Sesuaikan jam yang akan digunakan untuk kalibrasi arah kiblat ini dengan jam atom BMKG di http://jam.bmkg.go.id atau http://ntp.bmkg.go.id .
  2. Temukan “Bulan Purnama” sebelum jam menunjukkkan waktunya.
  3. Hadapkan badan ke arah Bulan, itulah arah kiblat. Karena cahaya Bulan lebih redup dari Matahari, maka bayangan tidak begitu jelas dan tidak begitu presisi.

(BR)

Translate »