Begitu berartinya waktu dalam kehidupan kita. Islam juga telah memberikan gambaran yang utuh tentang memuliakan waktu kepada umatnya. Dalam Alquran, Allah menempatkan waktu pada posisi yang sangat tinggi. Waktu benar-benar dimuliakan sampai-sampai banyak sumpah atas nama waktu. Misalnya “Demi waktu” dalam QS Al-Ashr, dan “Demi waktu saat matahari naik sepenggalah,” dalam QS Adh-Dhuhaa.
Rasulullah SAW pun telah mengabarkan bahwasanya waktu adalah salah satu nikmat di antara nikmat-nikmat Allah kepada hamba-Nya yang harus disyukuri. Jika tidak, nikmat tersebut akan diangkat dan pergi meninggalkan pemiliknya.
Allah membekali waktu kepada umatnya selama 24 jam dalam sehari. Namun, ada yang mengoptimalkan waktu tersebut dan ada orang yang merugi karena waktunya hanya digunakan untuk main-main, berbicara yang tidak perlu, tidur-tiduran, dan bermalas-malasan. Untuk itu, sekarang pilihannya ada pada Anda, lebih pilih merugi karena menyia-nyiakan waktu atau coba untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin?
Sebagai panutan terbaik bagi seluruh umat islam, ternyata ada tujuh poin rahasia manajemen ‘modal’ waktu yang selalu diterapkan oleh Rasulullah. Saking baiknya manajemen waktu Rasulullah, beliau berhasil membuat perubahan besar di Jazirah Arab dalam kurun waktu 23 tahun.
Berikut tujuh rahasia manajemen waktu Rasulullah yang bisa Anda pelajari agar menjadi muslim yang lebih produktif.
1. Jadikan salat fardu sebagai ajang membentuk watak dan tonggak ritme hidup.
Rahasia pertama manajemen waktu ala Rasulullah adalah jadikan salat fardu sebagai ajang membentuk watak dan tonggak ritme hidup. Maksudnya agar umat Islam bisa membagi waktu dalam sehari dengan jelas dan jangan sampai semua aktivitas yang kita lakukan menyampingkan kewajiban untuk beribadah.
Kita bisa memulai dengan membenahi kedisiplinan kita dalam salat lima waktu, jika kita bisa menjalankan satu kebiasaan berturut turut tanpa putus, setelahnya hal tersebut akan menjadi kebiasaan kita yang mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari.
2. Berpola pikir investasi, anti manajemen waktu instan.
Rahasia kedua dari manajemen waktu ala Rasulullah adalah coba untuk berpola pikir investasi dan anti dengan manajemen waktu instan. Jika kita menginginkan segala sesuatunya instan, maka yang terjadi adalah kita malas berproses, tak ada kesabaran, keuletan, kegigihan, dan istikamah dalam melakukan sesuatu.
Rasulullah memang selalu mengajarkan umatnya untuk menabur benih kebaikan. Namun, bukan artinya kita bisa memanen kebaikan tersebut langsung esok harinya. Untuk itu kita perlu tanamkan pola pikiran investasi seperti rahasia Rasulullah, yang artinya semua hal tetap perlu menjalani proses dahulu agar kebaikan yang kita tumbuhkan tersebut dapat kita tuai hasilnya.
3. Terus produktif
Islam merupakan agama yang megutamakan nilai-nilai produktivitas secara sempurna, baik produktivitas menghasilkan suatu karya, atau menghasilkan suatu peningkatan serta perbaikan diri.
“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan yang lain” (QS. Al-Insyirah : 7 ).
Tampak sederhana, tapi jika direnungkan ayat tersebut terlihat jelas menjelaskan bahwa Allah tidak menginginkan umat-Nya menjalani waktu tanpa produktivitas. Karena waktu bagi seorang mukmin adalah sebuah ritme perputaran waktu yang tidak pernah putus. Untuk itu, selalu lakukan aktivitas yang sekiranya membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, dan jangan lupa usahakan pergunakan waktu sebaik mungkin.
4. Gunakan aji mumpung setiap ada peluang dan kesempatan
Kata ‘mumpung’ disini berarti bagaimana kita memanfaatkan kesempatan yang ada dalam genggaman tangan sebaik mungkin. Misalnya, “mumpung masih muda, lebih tekun belajar dan bekerja, karena di masa tua Anda mungkin tidak bisa melakukannya lagi.”
5. Jauhi sikap menunda-nunda
Kebiasaan buruk yang satu ini pasti pernah Anda lakukan. padahal Allah dan Rasulullah membenci kelakuan dan sikap umatnya yang gemar menunda nunda. Entah itu menunda kebaikan, niat baik, pekerjaan-pekerjaan yang bermanfaat, apalagi sampai menunda ibadah kepada Allah.
“Menunda-nunda melaksanakan kewajiban (bagi yang mampu) termasuk kezaliman” (HR. Bukhari).
Untuk itu mulai saat ini coba untuk jauhi sikap menunda-nunda, terlebih dalam hal menjalankan kewajiban beribadah. Karena dalam Alquran juga disebutkan
“Bersegeralah kalian kepada ampunan Rabb kalian dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa” (Ali Imran : 133).
6. Cepat, tapi bukan tergesa-gesa
“Karena sifat tergesa-gesa itu berasal dari setan.” ( HR Anas bin Malik).
Cepat bukan berarti tergesa-gesa. Namun perlahan bukan berarti lambat. Kira-kira itulah yang diajarkan dalam hadis tersebut. Kegesitan Rasulullah bukan artinya kita juga harus melakukan segala sesuatu dengan tergesa-gesa, sebab ketergesaan biasanya tak lepas dari kecerobohan.
Seringkali dalam aktivitas sehari-hari kita terpaksa tergesa karena waktu yang sempit, padahal sebab dari terburu-burunya kita adalah karena kurangnya persiapan dan gemar menunda-nunda, sementara Allah dan Rasulullah berkali kali memperingatkan kita agar kita bersegera,dan menjauhi sikap menunda.
7. Rutin melakukan evaluasi
“Orang yang berakal dan dapat mengendalikannya, seharusnya memiliki empat waktu: pertama, waktu untuk bermunajat kepada Allah; waktu untuk mengintrospeksi diri; ketiga waktu untuk memikirkan ciptaan Allah; keempat waktu untuk memenuhi kebutuhan jasmani dari minuman dan makanan.” (HR. Ibnu Hibban).
Evaluasi artinya melihat kembali apa yang telah kita lakukan, serta mencermati segala kekurangan dan kelemahan diri kita sendiri.Tanpa evaluasi, kita tidak akan pernah menyadari kelemahan diri kita, dan akibatnya kita akan terus melangkah dengan kesalahan yang sama.
Untuk itu, Rasulullah selalu menerapkan evaluasi dalam rahasia manajemen waktunya, karena secepat apa pun kita, sebenci apa pun kita pada sikap menunda, sampai seproduktif apa pun kita, tetap saja ada evaluasi diri yang harus terus dilakukan. (FIA)