Wilayah perairan Natuna kembali menjadi rebutan antara Pemerintah China dan Indonesia. Belum lama, kapal penangkap ikan asal China didampingi kapal Coast Guard, terlihat berkegiatan di perairan masuk dalam teritori Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) milik Indonesia.
Berdasarkan kondisi tersebut ACT mengambil sikap “Aksi Bela Indonesia, Natuna Memanggil”, melalui aksi ini ACT ingin anak-anak bangsa berperan dan membantu melalui program-program dari ACT untuk membawa semangat pratriotisme ke semua elemen bangsa. Penduduk di Kepulauan Natuna, Selat Karimata mempunyai penghasilan yang minim dan tidak menentu. Padahal pulau ini memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah dari laut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan katadata.co.id, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Natuna, mengalami fluktuasi namun cenderung mengalami peningkatan. Angka tertinggi terjadi pada 2018 dengan jumlah penduduk miskin sebesar 3,6 ribu dari sekitar 77 ribu jiwa. Jumlahnya mengalami peningkatan sejak 2015. Pada tahun tersebut, jumlah penduduk miskin sebesar 3,2 ribu orang. Kemudian, bertambah menjadi 3,3 ribu jiwa pada 2016 dan 3,5 ribu jiwa pada 2017.
ACT bekerjasama dengan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI), Disaster Emergency Response Management (DERM), dan berkoordinasi dengan TNI setempat dalam membantu penduduk Natuna memberikan bantuan 1000 ton pangan. Dikarenakan musim yang sedang tidak bagus, saat ini nelayan juga tidak bisa berlayar untuk memancing atau mengambil ikan.
Bantuan tim ACT ini sudah disampaikan kepada DPRD, bupati, dan semua aparat pemerintah yang terlibat. Bantuan ini mengurangi beban masyarakat yang kebetulan semua nelayan dan masyarakat sipil yang mayoritas bekerja di laut sedang menghadapi cuaca ekstrem dan sementara tidak melaut. Komandan Kodim 0318 Natuna Letkol (CZI) Ferry Kriswardana juga sudah menyampaikan ke semua masyarakat sipil untuk selalu bersinergi dan berkolaborasi untuk menghadapi kondisi yang ada saat ini. (DP)
