Turki mengecam Swedia setelah protes Islamofobia di depan kedutaan besarnya di Stockholm termasuk pembakaran Al-Qur’an oleh pendukung sayap kanan dan demonstrasi terpisah oleh aktivis Kurdi pada Sabtu (19/1) silam.
Pembakaran Al-Qur’an dilakukan oleh Rasmus Paludan, pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras. Pada April tahun lalu, pengumuman Paludan tentang “tur” pembakaran Al-Qur’an selama bulan suci Ramadhan memicu kerusuhan di seluruh Swedia.
Dikelilingi oleh polisi, Paludan membakar kitab suci Al-Qur’an dengan korek api menyusul cacian panjang hampir satu jam, di mana ia menyerang Islam dan imigrasi di Swedia. Sekitar 100 orang berkumpul di dekatnya untuk demonstrasi tandingan yang damai.
Sementara itu, para pemimpin Swedia mengutuk tindakan politisi sayap kanan Rasmus Paludan, tetapi membela definisi luas kebebasan berbicara di negara mereka.
Dilansir dari aljazeera.com, Turki mengatakan pada hari Sabtu pihaknya membatalkan kunjungan menteri pertahanan Swedia yang bertujuan untuk mengatasi keberatan Turki terhadap keanggotaan NATO-nya. Swedia membutuhkan dukungan Turki untuk masuk ke aliansi militer karena ketakutan di Eropa tumbuh setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Recep Tayyip Erdoğan mengutuk protes terbaru, yang dilakukan oleh politisi sayap kanan dari partai Denmark, sebagai penistaan yang tidak dapat dipertahankan oleh kebebasan berbicara.
“Swedia seharusnya tidak mengharapkan dukungan dari kami untuk NATO,” kata Erdogan pada Sabtu (19/1) lalu dilansir dari bbc.com.
“Jelas bahwa mereka yang menyebabkan aib seperti itu di depan kedutaan negara kita tidak dapat lagi mengharapkan kebaikan dari kita terkait permohonan mereka,” lanjutnya.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu melampiaskan kemarahan atas kegagalan otoritas Swedia untuk melarang protes tersebut. “Kami mengutuk sekeras mungkin serangan keji terhadap kitab suci kami. Mengizinkan tindakan anti-Islam ini, yang menargetkan umat Islam dan menghina nilai-nilai suci kami, dengan kedok kebebasan berekspresi sama sekali tidak dapat diterima. Itu tindakan rasis, ini bukan tentang kebebasan berekspresi,” jelas Kementerian Luar Negeri Turki (19/1), dikutip aljazeera.com.
Beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi, Yordania dan Kuwait juga mengecam pembakaran Al-Quran.