Ad-Dailami dan Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa Sayyidatina Aisyah RA binti Abu Bakar RA, istri Rasulullah SAW, suatu dini hari terbangun.
Saat itu, Asiyah sedang menjahit pakaian yang robek. Namun, ketika ia sedang menjahit pakaian tersebut, jarum jahit terjatuh dari tangannya. Lampu ruangan mendadak padam. Ia pun diam sejenak mengucap tarji’ (innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn).
Di tengah kegelapan itu, Rasulullah SAW masuk ke rumah. Seisi ruangan yang awalnya gelap menjadi terang benderang oleh sinar wajah Rasulullah SAW sehingga Sayyidatina Aisyah RA dapat menemukan jarumnya yang jatuh karena begitu terang ruangan. “Betapa terangnya cahaya wajahmu wahai Rasulullah. Semoga Allah memberikan shalawat-Nya untukmu,” kata Sayyidatina Aisyah RA gembira.
“Wahai Aisyah, celakalah orang yang tidak melihatku kelak di hari kiamat,” kata Rasulullah SAW. “Siapakah orang yang tidak akan melihatmu di hari kiamat nanti?” “Orang bakhil,” jawab Rasulullah SAW.
“Siapakah orang bakhil wahai Rasulullah?” tanya Sayyidatina Aisyah RA. “Orang yang mendengar namaku disebut tidak membaca shalawat,” kata Rasulullah SAW.
Nabi Muhammad SAW memiliki peran kunci dalam persidangan akbar amal manusia dari awal hingga akhir pada hari kiamat. Nabi Muhammad SAW memiliki mandat dari Allah SAW untuk memberikan syafaat. Sedangkan orang-orang membutuhkan keselamatan di hari besar tersebut.
Sumber: nu.or.id