Saat ingin melakukan sesuatu seperti solat, wudhu, serta amalan-amalan lainnya pasti kita membaca niat terlebih dahulu. Dalam membaca niat, ada sebagian orang yang membaca niat dengan diucapkan dan ada juga yang membacanya cukup dalam hati.
Sebenarnya mana yang benar?
Seperti yang disampaikan oleh Ustad Firanda Andirja, dalam hadist, Nabi Muhammad SAW tidak pernah melafalkan niat, kecuali saat pergi haji beliau mengatakan “labbaik allahumma hajjah” atau “labbaik allahumma umroh”. Tetapi menurut para ulama, Nabi tidak sedang melafalkan niat, tetapi sedang bertalbiyah.
Oleh karenanya, tidak diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, dan bahkan tidak ada dalil dalam hadist sahih atau yang palsu sekalipun yang mengatakan bahwa Nabi dan para sahabat melafalkan niat.
Lantas dari mana asalnya pelafalan niat?
Jika ditelusuri dalam buku fiqih, pelafalan niat datang dari buku-buku Mahzab Syafi’i yang mutakhirin atau terbaru. Dalam bukunya, mereka mengatakan untuk dianjurkan tetapi tidak disunnahkan, karena jika disunnahkan harus berdasarkan apa yang Nabi Muhammad SAW lakukan.
Tujuan dianjurkannya menyuarakan niat ini agar saat melakukan amalan dapat mengkokohkan niat dan menjadi tidak goyang. Sehingga dalam pelafalannya cukup dilakukan secara pelan dan tidak perlu keras-keras.
Oleh karena itu, jika ingin mengikuti apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, Scarf Lover boleh tidak melafalkan niat. Namun, jika ingin tetap melafalkannya juga tidak apa-apa karena memang ada pendapat ulama yang menganjurkannya.
(AN)