Setelah Perang Panjang, Sudan Akan Berdamai dengan Pemberontak

Selama beberapa dekade Sudan telah mengalami peristiwa perang. Namun akhirnya Pemerintah Sudan akan menandatangani kesepakan perdamaian untuk mengakhir perang bersama dnegan pemberontak.

Hal ini tentunya membuat penduduk sangat bersukacita, apalagi mengingat konflik internal Sudan telah berjalan sangat lama, dan keputusan untuk mengakhirinya adalah sudah menjadi prioritas utama dari pemerintah transisi yang berkuasa sejak pengangkatan penguasa lama Omar al-Bashir tahun lalu di tengah pemberontakan populer.

image: aljazeera.com

Kedua belah pihak akan menandatangani kesepakatan secara penuh pada Sabtu di Juba, ibu kota tetangganya Sudan Selatan, setelah memasukkan inisial mereka pada kesepakatan pada akhir bulan lalu.

Baca juga  PT KAI Tambah Perjalanan Kereta Antisipasi Lonjakan Penumpang

Pemilihan lokasi untuk pelaksanaan upacara pun menjadi sangat penting. Karena para pemimpin Sudan Selatan sendiri memerangi Kartoum sebagai pemberontak selama beberapa dekade, sebelum akhirnya mendirikan negara-bangsa terbaru di dunia.

“Ini adalah hari bersejarah. Kami berharap penandatanganan itu akan mengakhiri pertempuran selamanya dan membuka jalan bagi pembangunan.” ujar Suleiman al-Dabailo, ketua Komisi Perdamaian Sudan mengutip laman Aljazeera.

Tak hanya itu, aliansi kelompok pemberontak dari wilayah Darfur yani Front Revolusioner Sudan juga mengharapkan dengan adanya perjanjian ini untuk mendapatkan perdamaian abadi.

“Perjanjian tersebut menangani akar krisis dan membuka jalan bagi demokrasi,” katanya, menekankan bahwa itu sejalan dengan tujuan revolusi kerakyatan, “kebebasan, perdamaian dan keadilan”. ujar juru bicara Front Revolusioner Sudan.

Baca juga  Referensi "Selfie" Ayana Moon, Hijaber Cantik dari Negeri Ginseng

Sudah sekitar 30 tahun Sudan mengalami berbagai macam konflik antara pemerintah yang didominasi Arab yang dipimpin oleh al-Bashir dan pemberontak yang ditarik dari kelompok etnis non-Arab di daerah yang berjauhan.

Segala macam kesulitan telah dilalui oleh warga Sudan, dimulai dari kesulitan ekonomi, terutama setelah pemisahan Sudan Selatan pada 2011 yang merampas tiga perempat cadangan minyaknya di bagian utara. Tentunya perdamaian ini merupakan berita baik oleh seluruh warga. (AA)

Translate »