Penggunaan Kata “New Normal” Dinilai Salah Gunakan Diksi, Pemerintah Putuskan Untuk Mengubah

Penggunaan katan new normal dinilai sulit untuk dipahami oleh masyarakat. Masyarakat hanya menilai dari kata “normal” seolah-olah kehidupan sudah kembali seperti sebelumnya.

Oleh sebab itu melalui Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto menyampaikan, istilah new normal yang sering digunakan selama pandemi ini adalah diksi yang salah dan sebaiknya new normal diubah menjadi adaptasi kebiasaan baru.

“Diksi new normal dari awal diksi itu segera ubah. New normal itu diksi yang salah dan kita ganti dengan adaptasi kebiasaan baru,” kata Yurianto dalam acara peluncuran buku Menghadang Corona: Advokasi Publik di Masa Pandemi karya Saleh Daulay secara virtual.

Baca juga  Scarf Media Business Gathering Batch 5 Ulas Tuntas Bisnis Generasi

Dilansir dari kompas.com, pemakaian istilah tersebut harus disertai dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat guna mencegah terjadinya penularan di masyarakat.

Senada dengan Yuri, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sriphastuti juga mengatakan, kalimat new normal memang tidak mudah dimengerti sebagian masyarakat.

Menurut Brian, hal ini salah satunya disebabkan adanya unsur bahasa asing di dalam kalimat new normal.

“Pemahaman menggunakan new normal sendiri karena ada unsur bahasa asingnya, kemudian tidak mudah dipahami,” kata Brian dalam diskusi Polemik bertema “Covid-19 dan Ketidaknormalan Baru.

Baca juga  Obat Alami Tradisional Dari Timur Tengah

Ia mengatakan, new normal semestinya dimaknai sebagai adaptasi perilaku terhadap situasi yang saat ini terjadi, yaitu pandemi Covid-19.

Perilaku yang dimaksud, misalnya menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun. (DA)

Translate »