Senang Dipuji atau Terjebak dalam Kesombongan? Pahami Batasnya!

Dalam kehidupan sehari-hari, pujian adalah hal yang umum dan sering kali disampaikan kepada seseorang atas prestasi atau kebaikan yang dilakukannya. Namun, bagaimana hukum jika seseorang merasa senang atau bahkan berlebihan dalam menerima pujian? Dalam Islam, hal ini memiliki pandangan yang perlu dipahami dengan baik.

Pujian dapat menjadi salah satu bentuk pengakuan atas kebaikan dan usaha seseorang. Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW mengajarkan pentingnya memberikan pujian dengan cara yang baik. Pujian yang tulus dapat menjadi motivasi dan memberikan semangat kepada seseorang untuk terus berbuat baik.

Baca juga  Waktu Tidur yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

“Barangsiapa yang merasa senang dengan pujian yang diberikan kepada dirinya, maka ia telah terjerumus ke dalam kesombongan.” (HR. Ahmad).

Hadis ini menunjukkan bahwa terlalu berlebihan dalam merasakan senang terhadap pujian dapat menjerumuskan seseorang ke dalam sifat sombong.

Islam mengajarkan agar setiap pujian yang diterima harus disikapi dengan rasa syukur kepada Allah. Pujian seharusnya tidak menjadikan seseorang berbangga diri, melainkan menjadikannya lebih bersyukur atas karunia yang diberikan. Sebaiknya, ketika dipuji, seseorang dapat menjawab dengan kata Alhamdulillah.

Baca juga  Apa Arti Kehidupan Ini?

Pujian yang berlebihan atau tidak pada tempatnya dapat menjadi masalah. Dalam konteks ini, seseorang harus tetap rendah hati dan mengingat bahwa setiap prestasi atau kebaikan yang dilakukan adalah berkat pertolongan Allah. Menganggap pujian sebagai hal yang biasa dapat membantu menghindari rasa bangga yang berlebihan.

Translate »