Terhitung sudah malam ketujuh serangan pesawat Israel yang melakukan pengeboman terhadap pos pengamatan Hamas seperti yang dilansir di laman Al Jazeera.
Pos Hamas tersebut terletak di Rafah di selatan wilayah itu dan Beit Lahia di utara
“Jet tempur dan pesawat (lainnya) menghantam infrastruktur bawah tanah milik Hamas di Jalur Gaza,” menurut pernyataan militer Israel, yang mengaitkan serangan itu dengan “balon peledak dan pembakaran yang diluncurkan dari Jalur Gaza ke Israel”.
Kejadian serangan udara tersebut terjadi pada hari Selasa ketika pejabat keamanan Mesir sedang berkunjung untuk meredakan konflik terbaru.
Tentunya hal tersebut membuat adanya ketegangan selama lebih dari satu minggu yang mana Israel menuduh Hamas menembakkan roket dan meluncurkan bundel balon, lengkap dengan alat peledak dan melintasi perbatasan.
Kepada kantor berita AFP, salah satu sumber dari Hamas mentakan bahwa kelompok tersebut mengadakan pembicaraan dengan delegasi Mesir di Gaza pada saat sebelum bernagkat untuk pertemuan dengan Israel dna juga Otoritas Palestina di Tepi Barat pada hari Senin.
Tidak ada korban dalam kejadian ini. Namun meskipun adanya gencatan senjata tahun lalu, yang didukung oleh Mesir, Qatar dan PBB tapi ketegangan antara Hamas dan Israel meningkat secara sporadis.
Hal tersebut diakibatkan Israel tidak menghormati keputusan yang telah ditetapkan bahwa Israel meringankan blokade yang telah diberlakukan di Gaza sejak pengambilalihan Hamas dan memungkinkan pemberlakukan tersebut untuk membantu menyelamatkan perekonomian yang telah runtuh.
Salah satu contoh yang dapat diketahui adalah penutupan pembangkit listrik yang ada di Gaza karena ditutupnya perlintasan. Keadaan tersebut tentu memperburuk krisis listrik dimana dua juta penduduk Gaza hanya mendapatkan akses listri sekitar empat jam saja dalam sehari. (AA)
